Gyushua ABO AU Omake: Victorian AU, ABO, Mpreg, Slight Anxiety, Married Life, Will You Be My Life? by NIve
Tubuhnya terasa berat.
Joshua hanya terbangun ketika tangan seseorang mengguncang pundaknya perlahan. Suara lembut memenuhi kekopongan kepalanya kala kesadarannya telah kembali dari mimpi. Ia mengenal suara itu, mengasihi tutur kata sopan dan hangat nadanya saat bertanya,
“Sayang…baik-baik sajakah?”
Hatinya meluluh, ingin menarik lelaki itu ke dalam pelukan dan melanjutkan tidur, namun kecemasan Mingyu lebih besar daripada kebahagiaannya dimanjai suami. Sebab, Joshua beberapa hari ini malas makan. Pun kepalanya pusing dan badan rasanya mudah sekali letih. Ketika Joshua pertama mengeluh, Mingyu langsung menghubungi Dokter Jeon. Sang dokter sayangnya sedang tidak ada di tempat, menurut Myungho. Ia tengah pergi beberapa hari ke kota sebelah untuk menghadiri seminar yang diadakan rekan sejawatnya.
“Suami saya akan pulang dua hari lagi, Tuan Kim. Maafkan kami. Tapi akan saya kirimkan racikan obat untuk mengatasi rasa pusing Joshua secepatnya,” ujarnya. Myungho tentu ikut cemas mendengar kondisi sahabat dekatnya itu dan berjanji akan segera menjenguk selepas para pasien selesai menebus obat kepadanya. Mingyu berterima kasih sebelum menutup telepon.
Sekarang, sang Alpha mengelus lembut pipi dan rambut suaminya, mencoba meringankan rasa tak nyaman yang Joshua alami sambil dalam hati berharap dapat memindahkan rasa sakit tersebut ke dirinya sendiri saja. Melihat suaminya kesakitan seperti itu dan ia tidak bisa berbuat apa-apa terasa lebih buruk daripada mati.
“…Gyu…”
“Ya?” agak terkejut, Mingyu spontan merangsek mendekat. “Iya, Sayang? Kenapa? Di mana yang sakit?”
“…Ng…Mingyu…,” setengah sadar, Joshua berusaha bangkit, namun gelombang mual yang hebat menghantamnya detik itu juga. “Ugh—”
Entah oleh kepanikan atau energi terpendam, Joshua tiba-tiba melompat dari tempat tidur mereka yang besar dan berlari menuju kamar mandi. Tanpa sempat berpikir, Mingyu pun langsung mengikutinya. “Shua??” serunya, masih bingung bukan kepalang.
Saat ia akhirnya berhasil menyusul sang Omega, dilihatnya Joshua tengah memuntahkan isi perutnya yang tidak seberapa itu ke dalam toilet. Mingyu memandangi beberapa saat ke arah punggung suaminya, berkedip-kedip, lalu perlahan dan dengan agak gemetar, ditangkupnya tengkuk sang kekasih.
“Sayang…,” dipijatnya perlahan untuk menenangkan Joshua. “Jangan-jangan…”
Saat Joshua akhirnya selesai muntah dan terduduk lesu, membiarkan punggungnya menempel pada dada Mingyu untuk dipeluk dan diseka bibirnya dengan handuk kecil, sebuah kesadaran pun merasukinya.
“Gyu…estrus kita…terakhir…kapan?”
“Kira-kira dua bulan lalu…”
Dua bulan. Ia pernah membaca di buku bahwa mual-mual rentan terjadi sampai minggu ke-sembilan. Jika dihitung kasar, waktunya cocok. Berarti, bisa jadi, Joshua—
“Mingyu.”
Refleks, pemuda usia dua puluh tiga itu menggamit pergelangan tangan Alphanya. Kini dirinya yang agak gemetar. Mingyu pun tidak bisa memungkiri kalau ia—selain ekstatik, tentu—merasakan ketakutan yang sama seperti Joshua.
Bagaimanapun, meski mereka telah lima tahun menikah, ini tetap pertama kalinya mereka akan menjadi orangtua.
Mingyu tidak langsung membalas dengan kata-kata, melainkan menarik Joshua ke dalam rangkulan hangat dan menguarkan feromon Alphanya akan teh yang aromatik, berniat menenangkan suaminya beserta Omega di dalam dirinya.
“Tidak apa-apa, Sayang, kita di sini bersama-sama. Aku akan menggenggam tanganmu melewati ini semua,” dikecupinya lembut ubun-ubun sang kekasih hingga menuruni sekujur rahangnya. “Kita berdua akan menjaga bayi ini baik-baik…”
Mendengar ucapan Alphanya, sang Omega pun tak kuasa untuk tidak menitikkan air mata. Terduduk mereka berdua di sana, di kamar mandi utama kediaman keluarga Kim, menangis sambil berpelukan. Bahwasanya akan ada jiwa baru yang terlahir di antara mereka pada tahun berikutnya. Bertiga—tidak lagi berdua.
Lalu, setelah Mingyu mengecupi ujung hidung bulat Joshua dan bulu matanya yang basah oleh air mata, mereka saling bertatapan dan tertawa.
Tawa bahagia yang dibagi sepasang Alpha dan Omega yang terikat janji suci bersama.
Dokter Jeon menurunkan lengan Joshua. Ia kemudian tersenyum kecil, “Selamat, Tuan Hong, Tuan Kim.”
Seketika, kamar meledak oleh kegembiraan. Ada Nyonya Hong yang langsung memeluk putranya, menghujani dengan kecupan dan puji syukur pada Tuhan. Ada Tuan Park yang meneteskan air mata dan berakhir ditepuki pundaknya oleh Mingyu. Ada Myungho yang terkejut, lalu meraih tangan Joshua untuk mengucapkan selamat. Ibu Suri, Tuan Raja dan Yoon Jeonghan pasti akan terkejut (dan mungkin tergopoh-gopoh menjenguk) setelah nanti Mingyu mengabari mereka.
Joshua tertawa sebelum pandangannya bersirobok dengan pandangan Mingyu.
Kita jalanin ini sama-sama ya, Gyu.
Alphaku tersayang.