Gyushua AU: Canon divergence, Slight smut
“Lo tuh ngapain sih?”
“Mandi.”
“Pake payung?”
Yeah, gotta problem with that, kiddo?
Rasanya pengen Joshua bales gitu, tapi males ah. Ya gimana dong, namanya juga demi syuting. Biarin udah “CUT!” dan kru nyopot kamera dari kamar mandi, balik ke ruang tengah buat ngambil scene orang berikutnya, Joshua masih tetap di situ, berbanjur air dari pancuran. Bajunya basah. Rambutnya apalagi. Payung sudah ditutup dan disingkirkan ke samping bak mandi.
Mingyu menyender di ambang pintu, memandangi kegilaan lain dari seorang Joshua Hong demi Gose.
“Ada apa sih, lo sama air?”
Joshua nggak jawab.
“Kemaren lo nyirem badan lo, sekarang gitu lagi.”
Hadeh. Dia udah tau ke arah mana obrolan ini. Lo kenapa sih? I mean, kalo mau keliatan lucu, nggak usah kayak gini juga sih. Lebay tau nggak. Blablabla. Surprise, Kim Mingyu, lo bukan yang pertama ngomong kayak gitu—
Siraman air terhenti. Ada sesuatu yang besar menghalangi. Joshua menoleh ke belakang dan mendongak. Tembok setinggi 186 cm meringis padanya dengan aliran air menerpa kepala serta punggungnya.
“Baju lo nerawang tuh.”
Bola mata Joshua melebar.
“Stop maen air depan kamera napa.”
“Ap—” sialan. “Lo ngapain sih?! Minggir ah!”
Hampir Joshua menggigit lidahnya sendiri. Pasalnya, Mingyu menekan telapaknya ke sisi leher Joshua yang terpampang. Kerah kaosnya longgar, menampakkan celah, membuat Kim Mingyu dengan mudah menyusupkan tangan hangatnya ke kulit yang dingin itu. Lembab dan basah.
Joshua mengalihkan pandangan. Jakunnya naik-turun karena menelan ludah.
“Gyu—”
Ujung-ujung jari bergerak pelan menuruni pakaiannya yang melekat erat di tubuhnya bagai kulit kedua.
“—Tangan lo. Lepas.”
Usapan ibu jari di puncak dada yang tercetak jelas di balik kaos putih pun terasa.
“Ah—!”
“Tuh kan. Nerawang,” Mingyu terkekeh. Diusapnya lagi, sengaja, hingga kejut listrik mengalir di sekujur tubuh Joshua. “Lo mau pamer ke fans satu dunia kita apa mau buat gue cemburu sih? Hmm?”
“S-siapa yang mau buat—mmh—lo c-cemburu sih?! S-stop!”
Joshua menyambar tangan Mingyu di dadanya, namun Mingyu menggamit lengannya dan mendorongnya ke tembok kamar mandi. Mereka, basah kuyup, saling bertatapan.
“Ato lo sengaja milih scene mandi, karena itu yang biasa kita lakuin sepulang kerja?”
Muka Joshua serta merta merah padam.
Gemas, dan bangga karena berhasil memukul Joshua Hong tepat di intinya, Mingyu maju dan mengecup bibir kekasihnya. Atau friends with benefits. Wait, maybe lebih cocok enemies with benefits? 🤔
Yah, persetan.
Selama cuma dirinya yang bisa menyentuh Joshua Hong kayak gini, dia rela hubungan mereka dipanggil apa saja.
Begitu Joshua balas merespon, Mingyu pun memperdalam ciumannya. Lidah menyusup, terlalu terbiasa dengan mulut manis yang beracun itu. Joshua menggelayut, lengannya di sekeliling leher Mingyu. Telapak Mingyu menemukan punggung Joshua. Mereka terlalu terseret dalam percumbuan itu sampai-sampai nggak sadar kalo Jeonghan merekam mereka dengan hapenya sambil cengengesan, sedangkan anggota grup yang lain menghela napas lelah atau masa bego aja. Udah biasa soalnya.
“Ni kalo ke-leak, abis dah tuh bedua.”
Seungcheol melotot padanya. “Heh. Jangan macem-macem lo, Han,” ancemnya.
“Ya nggak lah, Njing, santuy aja. Palingan gue pake buat nyuruh-nyuruh mereka,” terutama Mingyu sih.
Seungcheol hanya bisa menghela napas, lagi. Jihoon terkekeh dan menyuruhnya menunggu lima menit, baru menggedor pintu kamar mandi yang nggak ditutup itu. Kebiasaan jelek Joshua sama Mingyu. Seungcheol menurut, membiarkan saja pasangan itu selama mereka nggak tiba-tiba ngeseks di depan mata kepalanya—
“Ngh, Gyu—oh—”
Ah, shit.
“Sori, time’s up.”
Jihoon hanya mengangkat bahu. Kali ini dia setuju sama Seungcheol. Cukup sekali dirinya (dan semua orang di situ termasuk kru, sejujurnya) menemukan Joshua dan Mingyu dalam posisi yang, katakanlah, merusak Jihoon seumur hidupnya.
Yap, dia nggak butuh melihat dua sahabatnya bercinta lagi, trims.