Seoksoo from Gyuhao Parents AU Omake: Age gap, Untitled Love Song by Henry
“Josh.”
“Hmm?”
“What’re you thinking?”
“Nothing.”
Dihujani ciuman oleh Seokmin, lelaki usia 22 itu terkekeh. Lengan Seokmin memeluk pinggangnya dengan lembut dari belakang. Joshua mendesah saat ciuman itu mendarat di daun telinganya.
“Liar, liar, pants on fire.”
Dia terkekeh lagi. “Apaan sih, Old Man?” selorohnya. “Udah bangkot kok kepo.”
“Biarin. Kepo sama laki sendiri ini.”
Joshua memutar bola mata.
“Napa sih, cerita dong ke aku,”, sambung Seokmin, tanpa berhenti menduseli sisi leher suaminya.
Tidak akan ada yang protes kalau mereka mesra-mesraan di depan publik begini karena mereka masih pengantin baru. Perlu dua tahun bagi Seokmin untuk meyakinkan Joshua bahwa mereka bisa menjalani ini, sebuah hubungan jangka panjang yang asing bagi mereka. Risiko yang tinggi. Joshua terlalu muda dan Seokmin terlalu tua. Terlebih lagi, mereka adalah dua orang yang sudah terlalu lama sendiri, terlalu takut untuk membuka hati, tak ingin sedikit saja rasa percaya yang mereka jaga dipatahkan oleh orang lain.
Demi ini, mereka membuka hati mereka. Bertaruh, akan kebahagiaan mereka.
Demi hubungan ini.
“Nggak, aku cuma mikir, bisa nggak ya kita sebahagia mereka…”
“Mereka?” Seokmin menoleh, lalu kembali menatap Joshua. “Mingyu sama Minghao?”
Joshua mengangguk.
“Ya bisalah.”
Itu mah nggak perlu ditanya.
“Pede banget,” lagi, dia tertawa. “Aku nggak sepede kamu, Seok. Kayaknya aku bakal gagal bikin bahagia kamu. Aku soalnya kayak…gini.”
“Maksudnya?”
“…,” Joshua menghela napas. “Aku nggak tau jadi suami itu gimana. Aku nggak tau jadi orangtua itu gimana.”
Keluarga. Joshua tidak pernah memilikinya. Keluarga. Sebuah kata yang mengerikan. Tinggal bersama orang lain 24/7, berbagi semua berdua, membangun rumah tangga. Dia tidak percaya pada dirinya sendiri untuk menjadi suami dan orangtua.
Seokmin, alih-alih tertawa, justru tersenyum. Bibirnya mengulum di kulit leher Joshua. Pelukannya tidak lepas. “Aku juga,” bisiknya, membuat Joshua tanpa sadar menahan napas. “Suami. Jadi orangtua. Anak-anak. Bahkan kekasih. Ini pertama kalinya buatku.”
“Don’t fuck with me, Seok. You’re like 58. Someone as hot as you should’ve been divorced once or twice before you snatch a kid like me.”
“I’m flattered really,” kekehnya. “Tapi sayangnya aku cuma pernah buka hatiku sekali seumur hidup.”
Kecupan di sisi kening.
“Buat kamu.”
Bohong kalau Joshua tidak dilalap rasa senang sampai wajahnya memerah.
“Liar.”
“Am not.”
“Aku cuma anak kecil.”
“In age. Never once I see you as a kid, Joshua.”
“But I always see you as an old man.”
“Well, I am, aren’t I?” Seokmin tersenyum lebar sekali. Cerah.
“You’re too old.”
“Salah sendiri, kamu lahirnya kelamaan.”
Mereka saling pandang. Kemudian, tertawa bersama. Kening saling bersandar.
36 tahun. Selama itu Seokmin menunggunya. Menunggu orang yang akan mengajarinya tentang cinta untuk lahir dan tumbuh di negara yang berbeda. Penantian yang panjang.
“Joshua.”
“Hmm?” ia tersenyum dengan mata yang terpejam.
“Kita jalanin sama-sama ya?”
Pernikahan ini. Sesuatu yang asing yang bernama cinta ini.
“…Hmm.”
Mungkin, kalau itu sama kamu, semua akan baik-baik saja.