Gyushua Short Fluffy AU Omake: Mpreg
“Aa…”
Joshua membuka mulut dan sepotong canape dengan salmon asap, selada segar, juga potongan buah zaitun, memasukinya. Ia mengunyah makanan itu ditemani sang koki di sebelahnya yang meringis lebar, tak sabar untuk mendengar pendapat Joshua.
“Gimana?”
Suaminya menjilat bibir, berpikir. “Hmmmm kurang apa ya……garam?” gumamnya.
“Udah pake kok. Kosher.”
“Aha. Lada hitam,” Joshua menjentikkan jari. “Gerus sedikit di atas masing-masing canape. Kalau pake sedikit saus tar-tar kayaknya bakal enak.”
“Tar-tar ato salsa?” Mingyu menaikkan sebelah alis.
“Salsa dan salmon?” senyum Joshua timpang.
“Right. Alpukat?”
“Please,” anggukan. “Seladanya diganti alpukat.”
“Aye, aye, Captain!”
Tidak sampai lima belas menit kemudian, makan pagi mereka siap. Di Minggu pagi yang cerah itu, Mingyu dan Joshua duduk di meja makan mereka, menikmati hidangan sekaligus pemandangan langit Seoul yang benderang. Sinar yang jatuh pada cincin kawin Joshua di jari manisnya ketika ia meneguk kopinya membuat dada Mingyu terasa hangat.
Delapan tahun. Membutuhkan delapan tahun sejak mereka berpacaran bagi grupnya untuk lebih tenang, untuk mulai menata jalur hidupnya masing-masing di luar kegiatan grup. Mereka sudah tiga belas tahun menjadi idol. Dua perpisahan tak terelakkan, namun bukan berarti itu adalah perpisahan yang menyakitkan, justru sebaliknya.
“Gyu, jangan main hape pas makan,” Joshua melahap sepotong canape lagi.
“Sori, tapi ini Hao curcol lagi,” ping, ping, ping, handphonenya berbunyi terus. “Kayaknya abis berantem sama Jun.” Kekeh Mingyu, mencoba menenangkan sahabat dekatnya yang kini sudah tinggal di Cina bersama suaminya, Junhui.
Semenjak lepas dari agensi, mereka menjadi besar namanya di negara mereka, yang satu sebagai model dan yang satu sebagai aktor. Namun, keduanya membangun sebuah studio dansa besar yang menjadi super populer dimana kelas yang beruntung akan diajari sendiri oleh sepasang suami itu. Mingyu sendiri cukup sering bertemu Minghao di studio pemotretan karena satu profesi, baik di Korea maupun di Cina. Meski begitu, tetap saja ia merindukan sahabatnya.
“Hmm…,” gumam Joshua.
Mencuri pandang, Mingyu mengacuhkan balasan di chat roomnya untuk menatap sosok yang sedang makan dengan tenang di hadapannya. Sinar mentari mewarnai sisi sampingnya, membuat rahangnya semakin menawan. Bibirnya penuh dan merah. Ketika ia memejamkan mata, bulu matanya lebat nan hitam. Lehernya sungguh seksi. Bahu yang lebar serta lengan yang kekar menambah keseksiannya, apalagi ketika tengah menekan lehernya dari atas dan menyuruhnya untuk bergerak lebih cepat lagi.
Hati Mingyu bagai dililit utas kain. Suaminya selalu indah di matanya. Sungguh absurd rasanya ia bisa memanggil Joshua sebagai suaminya. Terkadang, fakta itu menyelusup ke dalam otaknya dan membuatnya berkontemplasi keras, berpikir betapa beruntung dirinya. Betapa beruntung kisah kasihnya yang ia jalin bersama Joshua berakhir dengan cincin di jari manis mereka masing-masing tanpa perlu disembunyikan dari publik.
“Berita selanjutnya,” suara di televisi membuat Mingyu tersadar. “Joshua Hong, member Seventeen yang juga pemilik restoran pasta terkenal di Seoul, terlihat memasuki sebuah toko bersama lelaki lain yang bukan suaminya, Kim Mingyu. Ketika keluar, mereka berpegangan tangan. Apakah ada gonjang-ganjing dalam pernikahan mereka?”
Kres.
Joshua tetap makan, tak terganggu, sementara Mingyu menoleh dari televisi ke suaminya.
“Siapa?” tanyanya, sebelum meneguk kopinya sendiri.
“Temen SMA-ku,” ucapnya tenang. “Ada Vernon juga di situ, tapi kayak biasa, mereka potong dia.”
“Oh…,” diambilnya sepotong canape. “Kenapa pegangan tangan?”
“Dia ngajak ke toko lain yang lebih bagus baju-bajunya dan lebih murah, tapi karena takut tutup, jadi kita buru-buru.”
“Baju apaan emangnya?” digigitnya canape itu.
“Baju bayi.”
COUGH!
“MINGYU!” segera, Joshua berdiri dan menepuk-nepuk punggung suaminya sanpai Mingyu memuntahkan canape ke piringnya. “Pelan-pelan makanya, kamu ini kenapa sih….”
“Justru aku yang harusnya tanya!” buru-buru ia memegangi bahu Joshua. “Bayi???“
Senyuman Joshua merekah lebar. “Tiga minggu,” ucapnya, sambil mengecup kening Mingyu. “Kata dokter, aku udah tiga minggu, Gyu.”
Seketika, dunianya semakin berkilau.
Sekarang, di dalam perut belahan hatinya, ada buah cinta mereka berdua. Ada sebuah masa depan di dalam sana, menanti untuk berlari kecil dan memeluk lehernya sambil tertawa riang. Ada Joshua dan buah hati mereka, berdua di dalam pelukannya, dan ia mencium pipi keduanya penuh cinta.
“Mingyu…,” Joshua mengelus pipi suaminya. Tertawa pelan. “Jangan nangis.”
Dan ia baru sadar ia menangis. Air mata bahagia. Ciuman yang mereka bagi setelah itu hangat juga manis, mengingatkan Mingyu akan ciuman pertama mereka delapan tahun yang lalu.
“Joshua Hong dan Kim Mingyu kini tengah menanti kelahiran anak pertama mereka. Klarifikasi juga datang dari pihak Joshua Hong bahwa lelaki itu adalah teman sekolahnya dan mereka pergi bersama Vernon yang tidak tertangkap kamera. Mereka tengah berbelanja pakaian bayi sebagai hadiah untuk Joshua. Kami ucapkan selamat kepada pasangan yang berbahagia! Semoga bayi dan ibunya berada dalam kondisi yang sehat.”